Zulkifli: Bentengi Diri Dari Berita Bohong


Manado, MX

Anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Sulawesi Utara (Sulut), Zulkifli Densi menjadi Narasumber Pada Kegiatan Seminar Nasional Sosiologi Agama (SOCIUS) 2024 dengan Tema "GLOBALISASI & Virtual Community: Arena Baru Dialog antar remaja, yang dilaksanakan Program Studi (Prodi) Sosiologi Agama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado dan Mafindo Manado, Rabu (11/9).

Pada kesempatan itu, Zulkifli mengajak seluruh mahasiswa untuk berpartisipasi dalam pengawasan pemilih. Menurut Zulkifli, ruang partisipasi ada bermacam-macam, diantaranya menjadi penyelenggara pemilu adhoc dan pemantau secara mandiri.

"Bentuk partisipasi pada pemilihan, teman-teman bisa menjadi penyelenggara adhoc, baik di kecamatan, kelurahan/desa dan di tempat pemungutan suara. Bisa terlibat sebagai Anggota KPPS atau Pengawas TPS.  Mulai dari situ kita belajar bagaimana menjadi penyelenggara Pemilu,” ungkap mantan anggota Bawaslu Kota Bitung ini.

Densi juga mengatakan, bmahasiswa juga dapat terlibat didalam pengawasan partisipatif.

“Artinya teman-teman mahasiswa terlibat dalam pengawasan secara sukarela, dalam rangka mencari informasi dan menyampaikan informasi kepada publik terkait Pemilihan," tuturnya.

Dalam penyampaiannya, Zulkifli juga mejelaskan model pengawasan Bawaslu saat ini.

“Pengawasan Bawaslu mengarah pada dua hal, pencegahan dan penindakan. Pencegahan dengan melakukan sosialisasi, kemudian imbauan kepada pemerintah maupun pihak-pihak terkait yang bertujuan untuk mengingatkan,” terangnya.

Sedangkan Penindakan, lanjut Densi, ada yang namanya Penanganan Pelanggaran. Dan pintu masuk penanganan pelanggaran salah satunya berasal dari laporan masyarakat.

“Apabila teman-teman mahasiswa menemukan adanya dugaan pelanggaran, termasuk juga informasi bohong, hoax, ujaran kebencian bisa diinformasikan,” jelas Koordinator Divisi Penanganan Pelanggaran dan Data Informasi Bawaslu Sulut ini.

Tak lupa, Densi juga turut mengajak para mahasiswa untuk menjadi pemilih yang cerdas.

“Pemilih yang cerdas itu setidaknya kita memilih secara sadar. Termasuk kita harus pastikan kita sudah terdaftar sebagai pemilih. Cek apabila sudah terdaftar, apabila belum, maka dilaporkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) maupun Bawaslu," lanjutnya.

"Kemudian, sebagai pemilih yang cerdas, mahasiswa perlu mengetahui rekam jejak dari para kandidat kepala daerah di daerah masing-masing," tambahnya.

Bahkan dia menyarankan agar Mahasiswa turut terlibat dalam kampanye selama bukan ASN, atau pihak-pihak yang dilarang menurut undang undang.

“Untuk apa? Untuk mendengar visi misi para kandidat. Sehingga mahasiswa nantinya akan memilih sesuai dengan pertimbangannya, bukan karena paksaan," jelasnya.

Pada diskusi yang mengangkat persoalan ujaran kebencian (hatespeech) tersebut, Zulkifli menjelaskan cara bentengi diri dari berita bohong, hoax dan ujaran kebencian. 

Bagaimana kita membentengi diri dari berita bohong? pertama menurut Zulkifli, pahami dulu judulnya, ketika lihat berita baca dulu judulnya baik-baik.

”Biasanya, berita yang mengandung ujaran kebencian, atau hoax, judul beritanya dibuat wah, untuk membuat orang penasaran padahal belum tentu isinya benar," katanya.

"Kemudian lihat sumbernya, apakah sumbernya valid atau tidak. Lalu kita nilai gambar dan foto pada beritanya. Jangan sampai kita termakan informasi yang belum valid, sambung Zulkifli. Selanjutnya, tidak cepat cepat menyebarkan informasi tersebut sebelum mengetahui kebenarannya, pastikan dulu apakah informasi ini benar atau tidak," tandasnya.

Kegiatan tersebut diikuti oleh ratusan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, perwakilan dosen dan unsur civitas akademika kampus. (Eka Egeten)