Foto: Pengurus PUKKAT dan sejumlah peserta seminar usai kegiatan digelar. (foto: bodewyn talumewo)
"Kebudayaan Intim Dalam Pergulatan Kekuasaan"
Dari Launching PUKKAT di Kali
Minahasa, ME
Berangkat dari keprihatinan atas beragam persoalan di wilayah timur Indonesia, sebuah lembaga kajian kebudayaan lahir. Oleh para pendirinya dinamakan Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT). Kehadirannya ditandai dengan sebuah seminar bertajuk ‘Kebudayaan Indonesia Timur Dalam Pegulatan Kekuasaan’.
“Berangkat dari keprihatinan atas pola kebijakan dan paradigma politik ekonomi di wilayah timur Indonesia yang tidak memperhatikan ciri geografis dan kemaritiman, ciri masyarakat kontinen dengan kebudayaannya ditambah paradigma ilmu pengetahuan serta ajaran-ajaran agama yang tidak berbasis kebudayaan masyarakat Indonesia Timur maka kami merasa perlu membentuk sebuah lembaga kajian kebudayaan di wilayah ini,” terang Direktur PUKKAT, Pdt Ruth Wangkay MTh.
“Lembaga kajian kebudayaan yang kami maksud adalah yang baik paradigma maupun metodologinya berangkat dari nilai-nilai luhur kebudayaan serta refleksi atas dinamika masyarakatnya,” tambah pengurus PUKKAT lainnya, Denni Pinontoan M.Teol.
PUKKAT didirikan pada tanggal 29 September 2013 dan secara resmi diperkenalkan ke publik, Sabtu (30/11), di puncak Desa Kali (Wale Keluarga Parengkuan- Wongkar) Kecamatan Pineleng Minahasa. Launching ini diawali dengan sebuah upacara yang dimotori sejumlah pegiat budaya di Komunitas Waraney Wuaya. Dilanjutkan seminar kebudayaan dengan tema ‘Kebudayaan Indonesia Timur Dalam Pegulatan Kekuasaan’.
Sejumlah pembicara hadir memaparkan materi sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Akademisi Unsrat Dr Max Ruindungan M.Pd dengan topik kebudayaan dan kuasa politik. Penulis dan dosen filsafat asal Jakarta, Benni Matindas, membahas soal kebudayaan dan kuasa ekonomi. Budayawan yang juga penyair, Fredy Wowor, dengan kebudayaan dan kuasa ilmu pengetahuan. Sementara, aktivis perempuan Indonesia asal Nusa Tenggara Timur yang juga bergiat di Aliansi Bhinneka Tunggal Ika, Pdt Emmi Sehertian M.Th, mengulas soal kebudayaan dan kuasa agama.
Topik ini direspons para peserta seminar hingga berlangsung diskusi menarik sampai kegiatan ditutup dengan pementasan tarian mangeket.
Hadir dalam acara ini para pemerhati budaya, aktivis mahasiswa, LSM, akademisi, organisasi kepemudaan, tokoh agama, penghayat budaya. (happy karundeng/media sulut)