Di NTT Acara Gereja Hadirkan Kasidah

Kerukunan Antar Umat Beragama


NTT, ME

"JANGAN samakan beta dengan orang Ambon, baku bunuh karena beda agama,” kata Yeremiah Aplasi, pemuda Gereja Pniel Tamalpusi, di Pulau Pantar, Alor, NTT, kepada wartawan di depan gereja tersebut, Rabu (26/06).

Pernyataan itu menanggapi pertanyaan Wartawan, bagaimana prosesnya, warga Muslim dan Kristen begitu rukun disana? Kerukunan tampak pada saat acara Pengatapan (toping off) Gereja Pniel Tamalpusi yang dilaksanakan Bupati Alor Simmeon Th. Pally, Rabu (26/06).

Kedatangan rombongan Bupati disana disambut nyanyian rohani Kristen oleh masyarakat, juga kelompok kasidah yang dimainkan delapan wanita berjilbab. Uniknya, rebana yang mereka mainkan untuk mengiringi lagu rohani Kristen. Hasilnya, meskipun terasa asing di telinga, namun nuansa kompak antar agama tampak sangat jelas. Sungguh rukun dan damai.

Yeremiah menjelaskan, kerukunan antar agama warga Alor sudah terjalin sejak lama. “Sejak zaman orang tua saya, kakek-nenek saya, bahkan di atas-atasnya lagi, di Alor ada dua agama yang dianut mayoritas warga: Kristen dan Islam. Tapi kami tidak pernah bakalai (berkelahi),” katanya.

Justru, warga beda agama saling membantu. “Gereja ini berdiri, karena ada sumbangan warga Muslim juga. Malah, pekerjanya (tukang bangunan) sukarela yang sebagian warga Muslim,” tuturnya.

Namun, ada timbal-balik positif. “Kalau ada pembangunan masjid, saya bersama keluarga saya selalu menyumbang uang. Malah, saya dua kali ikut bekerja membangun masjid,” katanya.

Pernyataan senada juga dilontarkan Ketua Persekutuan Doa Galilea, Sarah Agalamoi kepada wartawan di Kampung Bunggata, Mataro, Alor, NTT. 
“Pembangunan Gedung Persekutuan Doa ini juga disumbang warga Muslim. Sebaliknya, saya selalu membantu pembangunan masjid,” ujarnya.

Kerukunan tersebut semakin jelas, saat kelompok Kasidah dari Masjid Nula Huda, Tamalabang, Pantar Timur, tampil di panggung acara Pengatapan Gereja Kniel Tamalpusi. Bahkan, penampilan kelompok Kasidah beranggotakan tujuh wanita berjilbab ini ditempatkan di puncak acara.

Lagu-lagu yang mereka bawakan juga berupa pujian kepada Tuhan. Namun, dalam lirik lagunya tidak spesifik Islam, misalnya, menyebut Nabi Muhammad SAW. Kendati begitu, liriknya berisi pujian kepada Allah.

Kelompok Kasidah ini tampil dengan semangat. Tidak tampak kecanggungan pada wajah mereka. Meskipun, podium di dekat mereka berdiri ada lambang salib yang menjadi simbol Kristen.

Usai membawakan lagu-lagu, hadirin tepuk tangan meriah. Bahkan, Bupati Alor dan Kapolres Alor berdiri, memberikan standing applaus. Sungguh ini contoh kerukunan antar umat beragama. (irn)

Foto : Ist



Sponsors

Sponsors