Pengakuan Sondakh, Faktor Urgen Kapal Three Angel Tetap Beroperasi


Amurang, ME

Meski dituding tidak memiliki dokumen lengkap, kapal Three Angel tetap diizinkan beroperasi. Dengan alasan tersebut kapal ini sempat ditahan Polair Polda Sulut beberapa waktu lalu. Namun karena faktor urgen, kapal ini kembali beroperasi.

 

Seperti diketahui, kapal yang dikendalikan PT Bumi Lestari Sejahtera Indonesia (BLSI) ini biasa mengangkut limbah oli yang dihasilkan kapal 'genset raksasa' Karadeniz Powership Zeynep Sultan. Namun karena tidak memiliki dokumen perizinan, oleh syahbandar pelabuhan Amurang, kapal tersebut dilarang melakukan bongar muat.

 

Penahanan kapal itu sempat membuat pasokan listrik di Sulut bermasalah dan pemadaman kembali terjadi. Selama empat hari mesin kapal 'genset raksasa' tersebut tidak bisa bekerja secara maksimal karena limbah oli yang dihasilkan tak lagi diangkut kapal Three Angel.

 

Pihak PT BLSI mengakui bahwa sampai saat ini belum mengantongi izin bongkar muat. Alasannya izin tersebut masih dalam proses. Sehubungan dengan perizinan, mereka kemudian beranggapan mengapa kapal kecil yang dikomplain sementara kapal besar tidak.

 

Terkait dengan hal itu dan untuk kepentingan umum, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minahasa Selatan (Minsel) melakukan rapat dengan pihak-pihak terkait yang dilakukan selasa pekan lalu. Dalam rapat tersebut sudah ada kesepakatan bahwa kapal pengangkut bisa beroperasi lagi.

 

"Sebelum itu, kita sudah bertemu Gubernur saat berkunjung ke bitung. Kita sampaikan kendala kapal ini tidak beroperasi. Gubernur sempat bertanya kenapa seperti itu. Kapal ini dipakai karena faktor urgen. Kalau limbah tidak diangkat, kebijakan presiden tidak bisa jalan," jelas pimpinan PT BLSI, Charles Sondakh.

 

Setelah Gubernur dia mengatakan, pihaknya diarahkan bertemu Kapolda. Lagi-lagi karena menyangkut kepentingan umum Kapolda memberikan kebijaksanaan. Kapal disilakan beroperasi tapi sambil mengurus izin atau menyiapkan kapal penganti yang lebih besar.

 

"Untuk mengantisipasi itu, senin lalu kita juga meeting di kantor KPI, apa yang boleh dilakukan yaitu mempercepat penanganan limbah sesuai dengan aturan yang berlaku," katanya.

 

Kemungkinan besar dia menuturkan, untuk mengatasi masalah ini akan buat jaringan pipa dari kapal sambung ke darat. Tapi itu juga pengerjaannya butuh waktu sekitar tiga bulan baru selesai.

 

"Seharusnya bersyukur, kita ini bantu pemerintah, coba kalau limbah tidak diangkut, pasti pemadaman akan terus terjadi disini. Tapi bersyukur ini sudah bisa dijalankan," terangnya.

 

Terkait pencemaran akibat bongkar muat langsung dibantahnya. Menurutnya dalam melakukan bongkar muat tidak terjadi pencemaran karena saat bekerja selalu diawasi Polair.

 

"Tercemar dari mana, itu hanya berita dari mulut ke mulut. Tidak seperti itu, kita bekerja sesuai SOP," akunya.

 

Dia menambahkan saat kerja mereka dikawal, begitu juga saat pulang. Hal itu menurutnya merupakan hasil dari rapat, dimana dalam bongkar muat harus tetap dalam pengawasan.

 

"Untuk menjaga oli tidak tumpah, selang yang dipakai selalu diganti. Jadi kami tegaskan tidak ada pencemaran. Orang Turki saja datang cek saat kami kerja. Jadi seperti itulah pasti ada pro dan kontra, tapi yang jelas dalam hal ini yang kontra itu orang-orang tidak bersyukur. Kita berbicara sesuai kebenaran," tandasnya. (jerry sumarauw)



Sponsors

Sponsors