Wajah Pendidikan Tersayat Kepentingan Politis


Tondano, ME

Wajah pendidikan Minahasa belakangan bermuram durja. Dunia yang menjadi kiblat pembentukan karakter dasar manusia Minahasa itu kini porak-poranda dihantam kepentingan politis. Para guru dan pejabat sekolah yang terus-menerus ‘diteror’ pemegang tonggak kekuasaan tampil melawan. Ironinya, ‘residu’ kekisruhan itu justru menghantui para siswa yang tak sedikitpun terkontaminasi kepentingan politik.

Senin (12/11), para guru SD Negeri Kalasey, menggelar aksi protes. Penggantian Kepala Sekolah dari Drs Harry Walla ke Yul Waworundeng ditolak para tenaga pengajar di sekolah itu. Selain dinilai sepihak, para guru juga menilai jika mutasi itu sarat nuansa politis.

Aksi protes mereka lakukan dengan memampang kertas-kertas yang memuat tulisan bernada menolak penggantian Kepsek. Mereka memampangnya di papan pengumuman sekolah. Papan itu diletakkan di halaman sekolah hingga menggundang perhatian masyarakat sekitar.

Sejumlah guru yang berhasil diwawancarai manadoexpress.com menuturkan kekecewaan mereka terhadap penggantian Kepsek tersebut. “Ini bukti bahwa mutasi guru di Minahasa lebih karena kepentingan politis daripada profesionalisme,” tutur mereka.

Harry Walla, Kepsek yang dimutasi menuturkan, gerakan penolakkan tersebut merupakan spontanitas para guru. Ia mengaku sama sekali tidak pernah mengarahkan para guru SD Negeri Kalasey untuk melakukan aksi penolakkan itu. “Mungkin karena mereka sudah memiliki hubungan emosional yang erat dengan saya. Saya memang sudah 15 tahun mengabdi sebagai kepala sekolah,” kata Harry.

LANTARAN STICKER CNR?

Perihal mutasi yang berujung pencopotan jabatan Kepsek itu, Harry sendiri curiga sarat unsur politis. “Itu (mutasi, red) sudah diberitahukan oleh pengawas kepada saya sejak dua minggu lalu. Saya pikir memang sarat muatan politis. Sebab peyampaian mutasi datang selang beberapa hari setelah saya mencabut sticker CNR (Careig Naichel Runtu, red) di mobil saya,” ulas Harry. “Tapi SK (mutasi) baru saya terima tadi (kemarin, red). Pengawas yang antar kemari,” timpalnya.

Kendati demikian, Harry sendiri mengaku tak begitu ambil pusing dengan mutasi tersebut. “Yang saya sesalkan, dampaknya terhadap para siswa. Sebab beberapa orang tua siswa sudah datang kepada saya. Mereka tidak terima penggantian kepsek ini,” sesal Harry.

Harry sendiri bukanlah satu-satunya Kepsek yang dimutasi oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Minahasa. Informasi yang terangkum, sedikitnya 71 Kepsek lainnya ikut mengalami nasib yang sama. “Total (mutasi) di kloter dua ini ada 71 orang. Semuanya Kepsek. Dari SD sampai ke tingkat SMA. Sebagian hanya digeser, tapi sebagiannya lagi memang dinonjobkan,” beber sumber manadoexpress.com di lingkaran Pemkab Minahasa saat dihubungi Minggu (11/11) malam. Sebelumnya, Maret 2012 lalu, 53 Kepsek juga telah lebih dulu dimutasi Dikpora Minahasa.

Dua pekan lalu, aksi penolakan juga muncul di SD Negeri 4 Tondano. Kasus serupa jadi pemicu. Kala itu, sejumlah orang tua siswa bahkan sempat menggelar aksi boikot terhadap kepsek baru. Pintu ruangan kepsek dipalang dengan kayu, dinding di sekitar ruang juga dipenuhi tulisan penolakan.

Sebagaimana di SD Negeri Kalasey, penolakkan di SD Negeri 4 Tondano juga lantaran orang tua berang dengan permutasian yang dituding sarat kepentingan politis itu. Yang lebih menguatkan indikasi kepentingan politis dibalik mutasi itu adalah latar belakang kepsek lama, Lily Singkoh. Lily ternyata adalah ipar dari Wakil Bupati Minahasa, Jantje Wowiling Sajow yang kini tampil berhadap-hadapan dengan CNR di ajang Pemilukada.

Kepala Dikpora Minahasa, Denny Rompas sendiri dalam beberapa kesempatan berujar, rolling guru dan kepsek sudah dilaksanakan sesuai aturan. “Sesuai Peraturan Mendiknas nomor 38 tahun 2010, jabatan kepala sekolah hanya tugas tambahan. Tugas pokoknya adalah guru. Untuk itu, pergantian kepala sekolah seharusnya tidak perlu diperdebatkan,” tutur Rompas.

‘TEROR’ BERLANJUT

Ironinya, pasca polemik penggantian Kepsek SD Negeri 4 Tondano dua pekan lalu itu, para guru di sekolah itu belakangan was-was. Pasalnya, beredar kabar jika para guru menolak SK pergantian kepsek kala itu akan dimutasikan dalam waktu dekat.

Salah satu guru di SD Negeri 4 Tondano menuturkan, kabar tersebut telah menggema dua hari belakangan. “Informasi yang beredar, ada sekitar 7 sampai 11 guru di SD Negeri 4 Tondano yang akan dimutasikan dalam waktu dekat ini, waktu lalu tidak mendukung kebijakan mutasi Dikpora Minahasa,” akunya.

“Jujur informasi itu sangat menggangu kami sebagai tenaga pengajar, namun demikian kami hanya bisa pasrah jika pun memang informasi ini benar dan kami dimutasikan dari sekolah ini,” timpal sejumlah guru lainnya sembari mewanti identitasnya tak dipublikasi.

Kabar yang kemudian dibantah oleh Meyti Pontoh, Kepala Unit Pelaksana Tugas Dinas (UPTD) Dikpora Kecamatan Tondano Barat. "Jika memang ada guru yang akan dimutasikan pasti saya tahu. Sebab ini wilayah saya, dan saya yang akan mengajukan permohonan ke Dikpora jika ada guru yang akan dimutasikan. Sebab itu saya terkejut jika ada informasi yang mengatakan akan ada mutasi guru di SD Negeri 4 Tondano,” tutur Meyti. (tim me)



Sponsors

Sponsors