Supit Ungkap Problem Distribusi Bantuan Korban Erupsi Gunung Ruang


Tagulandang, MX
Wakil Rakyat Gedung Cengkih, Toni Supit, membeberkan terkait kendala penyaluran bantuan bagi masyarakat terdampak erupsi Gunung Ruang, Tagulandang, Kabupaten Sitaro.
 
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Utara (Sulut), daerah pemilihan Nusa Utara ini menjelaskan hasil pantuannya di lapangan. Dirinya mengungkapkan, ketika terjadi erupsi Gunung Ruang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), dan perangkat pemerintahan lainnya melakukan evakuasi, awalnya di kampung Pumpente serta Laingpatehi.
 
“Kemudian menyediakan dapur umum, mempersiapkan tenaga medis, selanjutnya mereka didistribusi ke tempat-tempat yang aman terutama ke Tagulandang Utara,” ujar Supit, Sabtu (20/4), saat dihubungi.
 
Dikatakannya, terkait penyaluran bantuan kepada masyarakat terkena dampak, sebenarnya soal ketersediaan bantuan makanan cukup tersedia. Hanya saja yang menjadi problemnya adalah untuk distribusi.
 
“Karena juga ketika akan dibawa untuk disalurkan, ada masyarakat yang entah kemana. Sebab ada yang sudah mengungsi sendiri ke keluarga atau kerabat mereka sehingga tidak diketahui,” jelas politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang juga Anggota Komisi III DPRD Sulut.
 
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut juga telah berkoodinasi untuk distribusi bantuan yang ada. Nantinya akan diserahkan kepada kepala-kepala kampung. 
 
“Selanjutnya telah dilakukan rapat koordinasi juga dengan perangkat pemerintahan di kecamatan untuk menyalurkan bantuan-bantuan tersebut ke tempat-tempat yang membutuhkan,” tutur mantan Bupati Sitaro dua periode tersebut.
 
Lanjutnya, memang ada begitu banyak kapal yang membawa bantuan namun masyarakat yang terkena dampak erupsi perlu didata untuk disalurkan bantuan. Makanya Supit mengusulkan, lebih baik mereka yang telah mengungsi itu, pendataannya dilakukan oleh perangkat pemerintahan di kampung-kampung di mana mereka mengungsi.
 
“Masyarakat di beberapa kampung, terutama di pesisir pantai juga masih enggan kembali ke rumah mereka karena takut potensi terjadi tsunami. Ditambah lagi ada yang rumah mereka atapnya bolong-bolong akibat material gunung yang jatuh, termasuk yang terkena orang tua saya,” beber suami Bupati Sitaro Evangelian Sasingen ini. (Eka Egeten)