
Limbah Pembuangan PLTU Amurang Cemari Udara
Warga Tawaang Timur Terancam Kena ISPA
AMURANG, ME : Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Amurang yang berada di Desa Tawaang Kecamatan Tenga dikeluhkan warga. Puluhan kepala keluarga (KK) yang bermukim disekitar PLTU tersebut mengeluh dengan limbah pembuangan yang ditimbulkan dari pembakaran batu bara.
"Limbah keluar tidak melewati saringan, sehingga abu sisa pembakaran terbawa angin menyebar sampai kepemukiman warga," ungkap Frangky Nender, warga Desa Tawaang Timur Kecamatan Tenga, Jumat (21/3/2014).
Dijelaskannya, akibat pencemaran udara ini, banyak warga yang terserang sesak nafas, termasuk keluarganya. Bahkan salah satu anaknya mengalami batuk yang hingga kini tak kunjung sembuh.
"Pencemaran ini berdapak pada kesehatan anak saya, sudah 2 minggu batuknya belum sembuh. Kami tidak tahan dengan polusi udara ini. Setelah pencemaran ini, kami sekeluarga juga merasakan sesak nafas," keluh Frangky.
Sri Hamin warga yang sama, mengatakan, udara yang mereka hirup mengandung racun karena banyak warga yang terkena infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Bukan hanya itu, bahkan ada juga warga yang menderita gangguan kulit.
"Banyak warga yang sakit mulai dari sesak nafas sampai alergi kulit gatal-gatal. Kami sudah coba menyampaikan hal pada pihak PLTU. Tapi sampai saat ini keluhan kami tidak didengar. Malahan salah satu pegawai mengatakan siapa suruh harus tinggal disitu," terangnya.
PLTU terkesan cuek dengan apa yang dialami warga sekitar. Meskipun sudah banyak warga yang mengeluh tapi mereka (PLTU) tetap tidak mau berkomunikasi. Tidak ada solusi dari mereka untuk mendengar keluh kesah warga.
"Tahun lalu saat pertama kali beroperasi, tidak ada pencemaran seperti ini. Tapi sejak dua dua bulan lalu, pencemaran mulai terjadi karena salah satu silo mengalami kerusakan," jelas Sri, yang juga merupakan perangkat desa.
Sri mengatakan, kesehatan 27 KK yang bermukim disekitar PLTU terancam dengan adanya pencemaran ini. Mereka mengharapkan tanggung jawaban dari pihak PLTU. Selain itu mereka meminta agar kerusakan instalasi segera diperbaiki agar tidak menimbulkan pencemaran udara.
"Sebenarnya dengan adanya keluhan itu kami mengharapkan adanya tindak lanjut dari PLTU agar memperhatikan kesehatan kami bukannya mengatakan hal seperti itu. Sebelum PLTU beroperasi kami sudah tinggal disini," beber Sri, dan dibenarkan Dance Mamangkey, Fauziah Harunja dan Yessi Bermalam.
Saat dikonfirmasi terkait masalah ini, pihak PLTU tidak memberikan keterangan yang dapat memberi solusi antar mereka dan warga sekitar. Justru para pimpinan PLTU terkesan saling lempar tanggung jawab dalam menanggani persoalan tersebut.
"Kami belum bisa menjelaskan. Sebelum memberi penjelasan harus ada surat ijin dari kantor sektor Tondano atau kantor wilayah kita," ujar salah satu pegawai PLTU, Febry Hartanto. (Jerry Sumarauw)
Foto : Pencemaran udara PLTU Amurang.