Foto: Lucia Taroreh
Legislator Sulut Dorong Perda Atasi Menjamurnya Gepeng
Manado, ME
Wajah Kota Tinutuan semakin memprihatinkan. Citra daerah yang dikenal dengan toleransinya seolah tak kelihatan lagi ketika terus merebaknya Gelandangan Pengemis (Pengemis) di sudut-sudut kota. Keberadaan mereka pun memantik atensi publik termasuk penghuni gedung cengkeh.
Pemerhati sosial politik, Andrey Tandiapa mengatakan, keberadaan para gepeng di Kota Manado semakin tak terbendung. Dirinya sendiri mengakui, banyak laporan terkait kehadiran mereka di tengah masyarakat. “Saya tidak tahu apakah mereka korban dari persaingan sosial atau seperti apa. Namun, ada laporan dari masyarakat ada yang sengaja didatangkan dari luar daerah. Bahkan, sengaja dibiarkan untuk oknum-oknum tertentu mengais rejeki. Seharusnya ini jadi perhatian pemerintah dan perlu ditelusuri,” tuturnya.
Hal senada pula diungkapkan Anggot Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Utara (Sulut), Lucia Taroreh. Politisi perempuan ini juga turut mengkritisi makin bertambahnya para gepeng. Ia menilai, pemerintah melalui dinas sosial lalai. Instansi ini baginya harus memiliki rencana jelas, mewaspadai bertambahnya jumlah pengemis dan gelandangan. “Keberadaan mereka menjadi salah satu masalah sosial yang perlu dipecahkan dengan lebih serius,” tukasnya.
Dikatakannya, jika pihak pemerintah membiarkan masalah tersebut terus berlarut-larut, bukan tidak mungkin ke depan Sulut bakal jadi lahannya para pengemis ataupun gelandangan. “Jika dibiarkan suatu saat tak perlu heran seandainya Manado menjadi sarang pengemis” ujar anggota dewan Komidi IV bidang Kesejahteraan Masyarakat (Kesra) ini.
Ia mengusulkan, seharusnya pemeintah dapat mengikuti metode yang diterapkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dalam menekan ketambahan Gepeng mereka membuat Peraturan Daerah (Perda). Dengan begitu setiap orang tidak lagi dibiaskan memberik sesuatu kepada pengemis. “Untuk mengantisipasinya, paling baik dengan Perda layaknya DKI. Pengemis dikenakan sanksi kalau meminta-minta. Begitu pula dengan pemberi. Kalau kita terbiasa memberi kepada pengemis itulah yang membuat mereka semakin menjamur,” tegas politisi perempuan dari Partai Demokrasi Indoensia Perjuangan (PDIP) tersebut.
“Inilah yang salah sering mereka memanfaatkan hati orang Manado untuk mencari rejeki. Karena mungkin mereka tahu orang Manado toleransinya tinggi,” tandasnya. (tim me)



































