Penghargaan Dunia ke SBY Dinilai hanya Pencitraan
Jakarta, ME
Penghargaan negarawan 2013 Appeal of Conscience Foundation (ACF) untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tak lebih dari sekadar pencitraan. Kenyataan bahwa pelanggaran HAM masih marak di era SBY tak bisa dibantah.
Menurut Ketua Wahid Institute, Anisa Wahid, SBY sebagai presiden tidak memiliki kepedulian terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM. Khususnya kekerasan yang mengatasnamakan agama yang semakin marak terjadi.
"Mari buka ingatan kita. Apakah Presiden SBY pernah mengunjungi korban kekerasan yang mengatasnamakan agama. Untuk berbagai pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia, pemerintah kesannya mendiamkan. Jadi, dimana negarawan dari presiden. Sehingga layak mendapat penghargaan tersebut," ungkapnya dalam jumpa pers Koalisi Masyarakat Sipil untuk Kebebasan Beragama Berkeyakinan kepada wartawan, di Jakarta, Kamis (23/05/2013).
Walhasil, lanjut puteri mendiang Abdurrahman Wahid itu, penghargaan ACF tak lebih dari pencitraan untuk SBY. Tak tertutup kemungkinan, apalagi tersiar kabar bahwa SBY berkeinginan menjadi sekjen PBB setelah pensiun sebagai presiden.
"Akhirnya, penghargaan itu hanya akan menjadi alat pencitraan saja. Tanpa ada wujudnya. Ini sungguh menambah sakit hati para korban kekejahatan HAM," tandasnya.
Pengacara kondang yang dikenal juga sebagai aktivis HAM, Todung Mulya Lubis mempertanyakan penilaian ACF yang memilih Presiden SBY berhak atas penghargaan World Statement Award.
"Kami pertanyakan riset ACF. Selama SBY berkuasa, pelanggaran HAM banyak terjadi. Khususnya kejahatan HAM yang mengatasnamakan agama. Mulai kasus kekerasan di Sampang (Madura), GKI Yasmin Bogor, HKBP Bekasi, Ahmadiyah di beberapa kota. Apakah ini prestasi," tegas Todung. (inl)
Foto : SBY



































